Benarkah kita berdua sudah hilang? saat mereka mengucapkan segala keinginan dan hasrat mereka, pernah kah kita sedikit mengobatinya? Dengan kesadaran bahwa kita akan bertemu kembali. Saat itu ingatkah kau, apa yang ingin aku berikan padamu. Saat itu aku ingin menyerahkan diriku dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kenangan dan harapan yang ternyata ada pada diri kita masing-masing, dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Saat itu aku pernah berharap untuk menghabiskan sisa hidup ini dengan cintamu sayangku. Dengan peluh dan penderitaan yang kau ikhlaskan padaku, atau dengan cinta kita berdua yang selalu aku idamkan. Saat itu aku berharap bisa menghirup udara pagi yang segar dengan mu sayangku. Memandang mentari saat sedih maupun saat senang.
Karena saat itu, kini kita berbeda. Jauh tanpa ada kendaraan yang mampu menjangkau kita berdua. Kita mungkin bisa saling cinta lagi, walau dengan kegilaanku atau dengan tekadku yang akan membunuhku secara perlahan.
Sayang, jika suatu saat nanti kau ingat padaku, aku hanya berharap teriakanmu yang akan menyampaikannya padaku. dengan buah hati kita yang lucu, atau dengan kegembiraan sahabat-sahabat kita saat dulu. Walau dengan perkataan ini aku tak akan mengembalikanmu, namun aku selalu berharap kau bisa mendengarnya.
Kau kini meninggalkanku dengan tangisanmu, sehingga selamanya ku tak akan bisa melupakanmu. Atau rasa marah kita berdua pada kenyataan yang selalu memisahkan jarak dengan perasaan yang merindukan kesegaran mentari pagi.
Saat ini kita merasakan semua yang terjadi, saat bersama kita atau saat berpisah kita. Ku merindukanmu sayangku. Dengan teriakanmu dan dengan kerinduanmu akan menemani malam kita, ketika semuanya berlalu dengan waktu yang mengerikan.
Ketakutanku kemudian menyapakau, menghadapkanku pada godaan kehinaan semata. Mereka tak akan mengerti apa yang akan terjadi atau apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian ku memalingkan kata-kata untuk merindukan mu. walau tak akan sampai, aku akan menjerit dengan hinaan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar