Air itu menetes kasih ku!
tiba-tiba dalam bayangan ini seperti tangisan darah yang pedih.
Dengan tiba-tiba saja menyakitkan hati dengan mengingatkan pada kenangan.
Wajahmu tiba di sela-sela ari hujan yang berjatuhan.
Padahal, waktu itu aku sudah mampu melupakanmu-
walu dengan keraguan saja, tapi aku dapat bertahan darimu.
Maafkan.............
dengan angin yang menerpa hingga kini
aku mampu melihatmu
dengan derasnya hujan yang mengakhiri musimnya
kemudian datang sang kemarau dari keindahan surya pagi.
dia bersemi dengan datangnya angin deras di pundak mereka
kemudian mendinginkan sisa hujan itu
menguapkannya, dan tiba menghilang musnah
beserta kenangannya yang sakit
tetesan-tetesan darah kebencian.
Pasang Iklan
Minggu, 19 April 2009
Selasa, 07 April 2009
Kiah Untukmu
Dalam musim itu,
Saat hujan deras yang menerpa bumi
Membuktikan dirimu
Dengan tatapan kosong yang sebenarnya
Dulu kau pernah berikan.
Di kegelapan yang mulai menjemput sang kesunyian,
Perlindungan dengan atap-atap kaki lima dan etalase mal-mal pertokoan,
Jiwa ini melayang sesungguhnya
Memandang keraguan pada rambutmu
Di balik keramaian orang-orang kaya
Orang-orang yang tak pernah menyapa dirinya yang sebenarnya.
Jika saat itu kau tak pernah tersadarkan
Dengan perjalanan waktu yang terus merubah raga ini
Kemudian kau tak pernah kenal diriku
Saat itu, kau memandang dengan keraguan.
Seseorang yang pernah kau kenal dalam mimpi dan kenyataan
Perasaan yang pernah menyapa mungkin terlepas dalam tawamu
Dengan mereka
Jika saat itu langkah kakimu menertawakanku
Sedangkan mimpi gelap ini
menghalangiku
meragukanku pada kenyataan orang yang meminta belas kasihan
Mungkin sudah terlanjur kau bertanya
Pada tubuh yang dulu kokoh
kemudian terhempas pada jalanan dan keramaian kota yang indah dan permai
merupakan mimpi buruk bagimu
Tubuhku,
Tiba-tiba terhempas dengan kenangan masa lalu
yang pada awalnya menyapa tiap kawan dan saudara
pada jalanan itu, taksadarkan diri
hujan deras sang air kenangan
merobohkan tiang-tiangnya
terbaring dan tak berkata lagi
Saat itu ku katakan pada hatimu
bahwa tubuh itu adalah kenangan
dalam masa lalu yang sudah kau lupakan
kekasih....
Saat hujan deras yang menerpa bumi
Membuktikan dirimu
Dengan tatapan kosong yang sebenarnya
Dulu kau pernah berikan.
Di kegelapan yang mulai menjemput sang kesunyian,
Perlindungan dengan atap-atap kaki lima dan etalase mal-mal pertokoan,
Jiwa ini melayang sesungguhnya
Memandang keraguan pada rambutmu
Di balik keramaian orang-orang kaya
Orang-orang yang tak pernah menyapa dirinya yang sebenarnya.
Jika saat itu kau tak pernah tersadarkan
Dengan perjalanan waktu yang terus merubah raga ini
Kemudian kau tak pernah kenal diriku
Saat itu, kau memandang dengan keraguan.
Seseorang yang pernah kau kenal dalam mimpi dan kenyataan
Perasaan yang pernah menyapa mungkin terlepas dalam tawamu
Dengan mereka
Jika saat itu langkah kakimu menertawakanku
Sedangkan mimpi gelap ini
menghalangiku
meragukanku pada kenyataan orang yang meminta belas kasihan
Mungkin sudah terlanjur kau bertanya
Pada tubuh yang dulu kokoh
kemudian terhempas pada jalanan dan keramaian kota yang indah dan permai
merupakan mimpi buruk bagimu
Tubuhku,
Tiba-tiba terhempas dengan kenangan masa lalu
yang pada awalnya menyapa tiap kawan dan saudara
pada jalanan itu, taksadarkan diri
hujan deras sang air kenangan
merobohkan tiang-tiangnya
terbaring dan tak berkata lagi
Saat itu ku katakan pada hatimu
bahwa tubuh itu adalah kenangan
dalam masa lalu yang sudah kau lupakan
kekasih....
Langganan:
Postingan (Atom)