Air itu menetes kasih ku!
tiba-tiba dalam bayangan ini seperti tangisan darah yang pedih.
Dengan tiba-tiba saja menyakitkan hati dengan mengingatkan pada kenangan.
Wajahmu tiba di sela-sela ari hujan yang berjatuhan.
Padahal, waktu itu aku sudah mampu melupakanmu-
walu dengan keraguan saja, tapi aku dapat bertahan darimu.
Maafkan.............
dengan angin yang menerpa hingga kini
aku mampu melihatmu
dengan derasnya hujan yang mengakhiri musimnya
kemudian datang sang kemarau dari keindahan surya pagi.
dia bersemi dengan datangnya angin deras di pundak mereka
kemudian mendinginkan sisa hujan itu
menguapkannya, dan tiba menghilang musnah
beserta kenangannya yang sakit
tetesan-tetesan darah kebencian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar