Aku masih ingat dengan jelas, tergambarkan dalam ingatan paling dalam. Udara pagi yang melekat dingin merenggeut mimpi indah dalam tidur. Kemudian aku merasakan hal baru dalam pikiran ini, banyak dan begitu membingungkan. Hingga aku seketika bertanya-tanya pada teman yang masih tersadarkan pada keindahan waktu itu. Nyatanya tidak ada yang semudah sebelumnya, mereka sama tidak mengerti dan mencampakan pada pertanyaan terakhir. "Dimana aku saat ini?"
Sampailah aku pada dasar lembah yang lembab, sedikit-sedikit mengucurkan air dari dedaunan yang berjatuhan dan berembun. aku berfikir keras untuk mengetahui di mana aku saat itu. Teman-teman yang terlihat tidak nyata dalam ingatan kemudian berjalan tanpa ada kata-kata di antara mereka. Beberapa waktu lamanya, tidak terasa lelah maupun sesak. seperti melayang mencari jalan keluar dan kembali pada peradaban yang hilang itu.
Kemudian dengan tiba-tiba aku teringat akan sesuatu, hal yang paling mengerikan. Sebuah ingatan pada kematian yang membuat tubuhku menjadi kaku tidak bergerak. Aku membayangkan bahwa kematian yang dalam membawa sedikit kerinduan akan hal-hal bahagian di atas sana. Sebuah keramaian dari orang-orang yang hangat dan tertawa hingar bingar sudah berakhir sampai di sana.
Aku masih bimbang, diantara keraguan dan tipuan alam yang menyesatkan. semuanya bercampur tidak karuan setelah mereka sampai pada batu-batuan terakhir. Teman-temanku hilang begitu saja, mencampakanku seorang diri pada lembah sunyi. tidak ada perenungan dan semuanya hanya penyesalan. Teringat akan dosa-dosa dan kesalahan yang aku perbuat. Tidak ada lagi harum masakan ibu, tinggal bau busuk tanah lembah yang di penuhi lumut. Sudah tidak ada lagi senyuman, tinggal suara angin berdesir pada keraguan. dan tidak ada lagi cinta kasih, tinggal kesendirian dalam keinduan yang menyiksa.
Aku tidak dapat memutuskan apa-apa, mereka bertanya dengan suara yang tidak aku mengerti. Aku masih ingin kembali, duduk dan tersenyum di depan mereka sambil membicarakan keluguan seorang. Aku masih merindukan keluarga yang bahagia, makan bersama dan menikmati canda tawanya. Aku masih merindukan lelah yang mengutuk, memberiku beban atas nafkah yang harus ku cari. Namun, buram seketika seiring datangnya hujan. Entah mengapa hujan itu terasa hangat, membalutku akan tangis yang mengerikan. Memohon akan kembalinya tubuhku pada dunia yang sebelumnya terenggut.
Aku terkejut akan kedatangan seseorang, aku masih mengingatnya hingga kini. Ia membawaku pada jalan mendaki dan lebih sulit. Kemudian menerima uluran tanganku yang dingin terhenyak kedalam perasaannya. Ia tiba-tiba menangis, memandangku dan memohon sebuah keputusan yang harus kami ambil pada jalan yang bercabang. Namun, aku tidak dapat memutuskannya. Aku sudah hilang dalam kabut beberapa tahun yang lalu. Kami sudah terpisah dan terlempar pada aliran sungai yang deras. kami akhirnya saling membenci, menyatakan sumpah serapah dan tidak tersadar. Kemudian, suara-suara hilang ditelan teriakan nyawa yang mulai hilang.
Aku harus diam sementara, menahan rasa jijik pada kebohongan. Ia menangis dengan meratap pada bebatuan yang gelap. Kebohongannya tetap tidak terbayarkan hingga kini. Akhirnya ada sinar yang datang membawa penderitaan kami berdua bersamaan. Ia mengusap kelu rambut ku, memberikan bisikan sayang yang jujur, mengecup kening dengan penuh keceriaan dan menatap dalam pada bola mata hitamku. Ia tersenyum, mengusap pipiku seraya jari-jarinya yang semakin bercahaya. Aku memintanya membawa seseorang yang sedang meratap kini. Aku memintanya untuk membawa kembali tubuhnya dalam keceriaan. Dan ia mengabulkannya tanpa ada keraguan sedikitpun.
Aku terduduk lega saat mereka pergi, tidak ada lgi permohonan saat itu. Aku melihat mereka menghilang dan mereka terbenam pada bukit dan terhempas pada langit yang gelap. Walaupun tidak ada bintang, aku rasa hari ini akan kembali hujan. Tersadar atau tidak hujan itu akan datang lagi, memberikan kerinduan yang indah. membawa sejuta harapan pada benih-benih yang masih tertidur. Menyajikan kabut dan gemerlapnya hingga aku tertidur nyenyak.
Aku dudk sendiri, berteman baik dengan seseorang disampingku yang tadi pergi sementara. Tidak ada lagi yang ceria, tidak ada lagi yang memohon dan aku bingung pada keraguan yang masih membara itu. Hingga hujan turun dan berlalu dan teman sejati tinggalah sepi.
Sampailah aku pada dasar lembah yang lembab, sedikit-sedikit mengucurkan air dari dedaunan yang berjatuhan dan berembun. aku berfikir keras untuk mengetahui di mana aku saat itu. Teman-teman yang terlihat tidak nyata dalam ingatan kemudian berjalan tanpa ada kata-kata di antara mereka. Beberapa waktu lamanya, tidak terasa lelah maupun sesak. seperti melayang mencari jalan keluar dan kembali pada peradaban yang hilang itu.
Kemudian dengan tiba-tiba aku teringat akan sesuatu, hal yang paling mengerikan. Sebuah ingatan pada kematian yang membuat tubuhku menjadi kaku tidak bergerak. Aku membayangkan bahwa kematian yang dalam membawa sedikit kerinduan akan hal-hal bahagian di atas sana. Sebuah keramaian dari orang-orang yang hangat dan tertawa hingar bingar sudah berakhir sampai di sana.
Aku masih bimbang, diantara keraguan dan tipuan alam yang menyesatkan. semuanya bercampur tidak karuan setelah mereka sampai pada batu-batuan terakhir. Teman-temanku hilang begitu saja, mencampakanku seorang diri pada lembah sunyi. tidak ada perenungan dan semuanya hanya penyesalan. Teringat akan dosa-dosa dan kesalahan yang aku perbuat. Tidak ada lagi harum masakan ibu, tinggal bau busuk tanah lembah yang di penuhi lumut. Sudah tidak ada lagi senyuman, tinggal suara angin berdesir pada keraguan. dan tidak ada lagi cinta kasih, tinggal kesendirian dalam keinduan yang menyiksa.
Aku tidak dapat memutuskan apa-apa, mereka bertanya dengan suara yang tidak aku mengerti. Aku masih ingin kembali, duduk dan tersenyum di depan mereka sambil membicarakan keluguan seorang. Aku masih merindukan keluarga yang bahagia, makan bersama dan menikmati canda tawanya. Aku masih merindukan lelah yang mengutuk, memberiku beban atas nafkah yang harus ku cari. Namun, buram seketika seiring datangnya hujan. Entah mengapa hujan itu terasa hangat, membalutku akan tangis yang mengerikan. Memohon akan kembalinya tubuhku pada dunia yang sebelumnya terenggut.
Aku terkejut akan kedatangan seseorang, aku masih mengingatnya hingga kini. Ia membawaku pada jalan mendaki dan lebih sulit. Kemudian menerima uluran tanganku yang dingin terhenyak kedalam perasaannya. Ia tiba-tiba menangis, memandangku dan memohon sebuah keputusan yang harus kami ambil pada jalan yang bercabang. Namun, aku tidak dapat memutuskannya. Aku sudah hilang dalam kabut beberapa tahun yang lalu. Kami sudah terpisah dan terlempar pada aliran sungai yang deras. kami akhirnya saling membenci, menyatakan sumpah serapah dan tidak tersadar. Kemudian, suara-suara hilang ditelan teriakan nyawa yang mulai hilang.
Aku harus diam sementara, menahan rasa jijik pada kebohongan. Ia menangis dengan meratap pada bebatuan yang gelap. Kebohongannya tetap tidak terbayarkan hingga kini. Akhirnya ada sinar yang datang membawa penderitaan kami berdua bersamaan. Ia mengusap kelu rambut ku, memberikan bisikan sayang yang jujur, mengecup kening dengan penuh keceriaan dan menatap dalam pada bola mata hitamku. Ia tersenyum, mengusap pipiku seraya jari-jarinya yang semakin bercahaya. Aku memintanya membawa seseorang yang sedang meratap kini. Aku memintanya untuk membawa kembali tubuhnya dalam keceriaan. Dan ia mengabulkannya tanpa ada keraguan sedikitpun.
Aku terduduk lega saat mereka pergi, tidak ada lgi permohonan saat itu. Aku melihat mereka menghilang dan mereka terbenam pada bukit dan terhempas pada langit yang gelap. Walaupun tidak ada bintang, aku rasa hari ini akan kembali hujan. Tersadar atau tidak hujan itu akan datang lagi, memberikan kerinduan yang indah. membawa sejuta harapan pada benih-benih yang masih tertidur. Menyajikan kabut dan gemerlapnya hingga aku tertidur nyenyak.
Aku dudk sendiri, berteman baik dengan seseorang disampingku yang tadi pergi sementara. Tidak ada lagi yang ceria, tidak ada lagi yang memohon dan aku bingung pada keraguan yang masih membara itu. Hingga hujan turun dan berlalu dan teman sejati tinggalah sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar