Dalam balutan kasih yang masih melekat hingga kini, terasakan sangat deras menerpa ingatan kembali. Dengan hembusan angin yang tiba-tiba goyah dan tidak menentu arah tersebut, aku bersandar pada tembok batu besar. Namun, perasaan itu tidak sedikitpun reda setelah mengobatinya dengan sebuah ucapan yang merdu. Yang aku sadari saat ini tidak sekedar pembicaraan kosong yang tidak bermakna sedikitpun. Diantaranya masih menyisakan duka yang mendalam, terhujam sangat dalam pada sanubari yang lemah dan menggores perasaan yang entah kemana saat ini.
Aku memimpikan sesuatu yang buram, pucat dan penuh penderitaan. Diantaranya memohon pertolongan yang tulus dalam mimpi itu. Seseorang yang kemudian mendorong pada jurang kasih yang terdalam. Yang menjatuhkan perasaan ini pada tungku dan memasaknya hingga layu. Aku tidak sadar dengan ucapannya yang lirih, entah apa yang harus aku perbuat saat itu. Kemudian bunga-bunga pada lapang yang luas dan indah mencobanya memetik dengan kesungguhan. Aku membawakannya air kehidupan dan menggunakannya untuk menghidupkan kembali jiwa yang mati.
Ia terjerat sesuatu yang tidak nyata, menerpanya hingga kesedihan datang silih berganti. Aku pergi tiba-tiba dengan perasaan ragu. Ia tidak mencegahku hingga kini, karena kasih sayangnya telah buta. Aku makan dan minu dengan ingatan yang masih melekat, balutan selimut kerinduan yang sangat pedih. Harapan yang mulai rapuh, menikmatinya pada ruang-ruang kosong dan dingin. Ia menangis dalam kehampaan, pada harapan yang hilang akhirnya.
Selimut itu masih saja terbang mencari pendaratan yang tepat, menawarkan janji palsu. Ia tidak ragu akan tanah kering pada dataran kosong itu, sampai kapan knyataan itu dapat terlaksana. Hingga tiba waktu penentuan baginya untuk kembali padaku. Aku masih dapat bertahan bersamanya, selama logika yang tidak surut dan melawan arah gaya gravitasi yang sangat kuat. Aku menariknya dan membentangkannya tnpa ragu. Mempertaruhkan hidup yang masih hampa. Baginya hanya kewarasan yang luar biasa, menyadarkan dan memakmurkan sebagian orang-orang disekitar bilik kasih.
Titik gerimis memberikan cahaya pucat, awan itu tenggelam pada selah bumi terdalam. Mati dan musnah seiring datangnya hembusan angin. Rasa syukur itu terium pada bibir merahnya, mengukirkan kata-kata merdu kembali. Tanpa seseorang yang aku rindukan, semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Aku memimpikan sesuatu yang buram, pucat dan penuh penderitaan. Diantaranya memohon pertolongan yang tulus dalam mimpi itu. Seseorang yang kemudian mendorong pada jurang kasih yang terdalam. Yang menjatuhkan perasaan ini pada tungku dan memasaknya hingga layu. Aku tidak sadar dengan ucapannya yang lirih, entah apa yang harus aku perbuat saat itu. Kemudian bunga-bunga pada lapang yang luas dan indah mencobanya memetik dengan kesungguhan. Aku membawakannya air kehidupan dan menggunakannya untuk menghidupkan kembali jiwa yang mati.
Ia terjerat sesuatu yang tidak nyata, menerpanya hingga kesedihan datang silih berganti. Aku pergi tiba-tiba dengan perasaan ragu. Ia tidak mencegahku hingga kini, karena kasih sayangnya telah buta. Aku makan dan minu dengan ingatan yang masih melekat, balutan selimut kerinduan yang sangat pedih. Harapan yang mulai rapuh, menikmatinya pada ruang-ruang kosong dan dingin. Ia menangis dalam kehampaan, pada harapan yang hilang akhirnya.
Selimut itu masih saja terbang mencari pendaratan yang tepat, menawarkan janji palsu. Ia tidak ragu akan tanah kering pada dataran kosong itu, sampai kapan knyataan itu dapat terlaksana. Hingga tiba waktu penentuan baginya untuk kembali padaku. Aku masih dapat bertahan bersamanya, selama logika yang tidak surut dan melawan arah gaya gravitasi yang sangat kuat. Aku menariknya dan membentangkannya tnpa ragu. Mempertaruhkan hidup yang masih hampa. Baginya hanya kewarasan yang luar biasa, menyadarkan dan memakmurkan sebagian orang-orang disekitar bilik kasih.
Titik gerimis memberikan cahaya pucat, awan itu tenggelam pada selah bumi terdalam. Mati dan musnah seiring datangnya hembusan angin. Rasa syukur itu terium pada bibir merahnya, mengukirkan kata-kata merdu kembali. Tanpa seseorang yang aku rindukan, semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar